WELCOME TO MY BLOG

Rabu, 10 Juni 2015

Imunisasi

IMUNISASI
1.             Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena system imun tubuh mempunyai system memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan system memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Imunisaasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
2.             Sasaran Imunisasi
Imunisasi penting untuk diberikan, hal ini karena 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena c1.ampak, 2 dari 100 akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 200.000 anak akan meninggal karena polio dan 1 dari 100 anak akan meninggal karena tetanus. Imunisasi tidak hanya diberikan kepada anak saja, namun beberapa orang beresiko untuk terkena penyakit, mereka yakni :

1.        Bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja
2.        Calon Jemaah haji/umroh
3.        Orang tua, manula
4.        Orang yang berpergian ke luar negeri.
5.        Dll.

3.             Jenis Imunisasi
Ada 2 macam jenis imunisasi yaitu :
1.      Imunisasi aktif
Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar system kekebalan atau imun tubuh dapat merespon secara spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen.
2.      Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkata kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bias ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasi adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukan kecelakaan.

4.             Macam-macam Imunisasi yang Diwajibkan
1.      BCG (bacillus Celmette-Guerin)
Imunisasi BCG mempunyai fungsi untuk mencegah penyakit TBC (Tuberculosis). Penyakit ini disesbabkan oleh Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia penyakit ini akan menyerang system pernapasan yang lebih dikenal dengan TB paru. Bakteri ini dapat menyernag berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar getah bening, sendi, ginjal, hati dan selaput otak. Komplikasi pada penderita TBC sering terjadi pada stadium lanjut yaitu :
a)        Penyebaran infeksi ke organ lain seperti tulang, otak, persendian dan lainnya.
b)        Insufisiensi kardio pulmoner
c)        Pneumotoraks spontan
d)        Bronkiektasis
e)        Hemoptasis berat
Menurut nufraeni (2003) imunisasi BCG tidak mencegah TBC namun mengurangi risiko terserang TB berat seperti meningitis TB dan TB miliar.  Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, vaksin BCG merupakan vaksin hidup maka tidak diberikan pada pasien dengan imunokompromais (leukemia, anak yang sedang mendapatkan pengobatan steroid jangka panjang dan bayi HIV).



Kemasan
Vaksin BCG di kemas dalam ampul, bentuk kering dan 1 box berisi 10 ampul vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut.
Cara pemerian dan dosis

Vaksin BCG diberikan melalui suntik secara intracutan didaerah lengan kanan atas. Disuntikkan di lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Sebelum vaksin disuntikkan harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosisnya 0,05cc untuk bayi dan 0,1cc untuk anak. Imunisasi BCG biasanya dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan
Kontraindikasi
1.      Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC.
2.      Tidak boleh diberikan pada orang dengan penyakit kulit berat, furunkulosis, dll.
3.      Penderita gangguan system kekebalan tubuh (leukemia, penderita dengan pengonatan steroid jangka panjang dan penderita HIV).
Reaksi yang timbul
a.      Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan muncul kemeran dan benjolan kecil teraba keras di tempat penyuntikkan, kemudian pecah dan meninggalkan bekas parut.
b.      Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
2.      DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri, pertussis dan tetanus yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini bersifat ganas dan mudah menular dan menyernag saluran pernapasan bagian atas. Penularannya bias melalui kontak langsung melalui bersin, atau batuk. Dan kontak tidak langsung melalui makanan yang terkontaminasi bakteri difteri. Pendertiya difteri akan mengalami demam 38°C, mual dan muntah.
Pertussis merupakan penyakit yang disebabkan Bordetella pertussis. Kuman ini akan mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rasa batuk. Serangan batuk sering terjadi pada malam hari. Batuk ini mencapai 1-3 bulan dan oleh Karen pertussis disebut dengan batuk 100 hari.
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob yang bias hidup tanpa oksigen. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di tanah, debu, dan kotoran hewan dan dapat masuk melalui luka sekecil tusukan jarum. Penderita tetanus akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh, otot, mulut, sehingga mulut tidak bias membuka, ada bayi air susu ibu tidak masuk dan selanjutnya penderita akan mengalami kesulitan menelan dan bernafas.
Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian vaksin ini melalui suntikkan secara intramuscular. Suntikkan diberikan pada paha tengah luar dengan dosis 0,5 cc. pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai bayi berumur 2 bulan-11 bulan dengan interval 4 minggu.

Efek samping
Pemberian imunisasi DPT akan memnerikan efek samping ringan dan berat. Efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikkan dan demam, sedangkan efek berat bayi akan menangis hebat karena kesakitan selama kurang dari 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
Kontraindikasi
pada anak yang demam, memiliki kelainan penyakit, kelainan saraf dan mudah kejang
3.      Polio
Imunusasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Poliomeilitis adalah penyakit susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari 3 virus yang berhubungan yaitu virus polio type 1,2 atau 3. Virus ini dapat berakibat pada kelumpuhan yang dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan dapat berakibat pada kematian.
Kemasan
Kemasan vaksin polio dalam 1 box vaksin yang terdiri dari 10 vial, 1 vial berisi 10 dosis, Vaksin polio adalah vaksin yang berbentuk cairan, setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetesan (dropper) yang terbuat dari plastic.
Cara pemerian dan dosis

Polio diberikan 4 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan usia 1 tahun kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) yang dapat diberikan secara oral maupun suntikkan.
Kontraindikasi
Tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi imunitas. 

Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.

4.      Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan virus campak. Virus ini ditularkan melalui udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring.

Kemasan
Kemasan vaksin campak, 1 box pelarut berisi 10 ampul @5ml, berbentuk beku kering, 1 vial berisi 10 dosis, 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin ini dilakukan pada umur anak 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc secara subkutan di lengan kiri atas.. Sebelum disuntikkan vaksin ini harus dilarutkan dengan pelarut 5 ml cairan pelarut
Kontraindikasi
Infeksi akut yang disertai demam >38°C, gangguan system kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi tehadap protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritrimisin, wanita hamil
Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala kataral serta ensefalitis.
5.      Hepatitis B
Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan tubuh kekebalan terhadap penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Virus Hepatitis B ditemukan dalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah, dan air mani.
Kemasan
Vaksin hepatitis B berbentuk cairan, 1 box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.
Cara pemberian dan dosis
Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali. Diberikan pada usia 0-7 hari, 11 bulan, dan 12 tahun dan diberikan melaui injeksi intrasmuscular.
Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang diserta kejang.
Efek samping
Reaksi local seperti rasa kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntkkan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang serelah 2 hari.
5.             Macam-Macam Imunisasi Yang di Anjurkan
1.      Imunisasi HiB
Imunisasi Hib tergolong imunisai yang dianjurkan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap bakteri haemophillus influenza type b. Bakteri ini menyebabkan penyakit yang tergolong berat seperti meningitis. Penularan penyakit ini melalui bersin, batuk, dan benda-benda yang.
Cara pemberian dan dosis
Imunisasi HiB diberikan pada bayi yang berumur 2, 4, dan 6 bulan. imunisasi ini diberikan secara suntikan dibagian otot paha. Jawal imunisasi terdiri dari :
a.      Vaksin HiB yang berisi PRP-T diberikan pada usia 2,4, dan 6 bulan.

b.      Vaksin HiB yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 bulan, 4 bulan dan dosis ketiga 6 bulan tidak diperlukan.
c.       Vaksin HiB dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi (DTwP/HiB, DTaP/HiB/IPV)
Satu dosis vaksin berisi o,5 ml yang diberikan secara IM. Untuk imunisasi ulangan vaksin HiB baik PRP-T atau PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan, apabila anak dating pada umur 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali.
Efek Samping
efek sampingnya sakit, bengkak, kemerahan di tempat suntikan.
2.      Imunisasi Pneumokokus
Imunisasi pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit radang paru yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan  bakteri streptococcus pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus.
Cara pemberian
Vaksin ini dikemas dalam prefilled syringe 5 ml diberikan secara IM. dosis pertama tidak diberikan sebelum umur 6 minggu dan untuk bayi BBLR (<1500 gram) vaksin diberikan setelah umur 6-8 minggu, tanpa memperhatikan umur kehamilan. Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain yaitu HiB, MMR, DtWp, DTap, dan verisella dengan menggunakan syringe terpisah.
Jadwal dan dosis PVC

Dosis pertama (bulan)
Imunisasi Dasar
Imunisasi Ulangan
2-6
3 dosis, interval 6-8 minggu
1 dosis 12-15 bulan
7-11
2 dosis, interval, 6-8 minggu
1 dosis 12-15 bulan
12-23
2 dosis, interval, 6-8 minggu
1 dosis
Jenis vaksin Pneumococcus
Vaksin Polisakarida (PPV)
Vaksin Polisakarida Konjugasi (PVC)
T-Cell independent
T-Cell dependent (memory cell)
Tidak imunogenik pada umur < 2 tahun
Imunogenik pada umur < 2 tahun
Indikasi umur >2tahun risiko tinggi
Indikasi : anak sehat dan anak risiko tinggi umur 2 bulan sampai 5 tahun
Mempunyai imunitas jangka pendek
Mempunyai imunitas jangka panjang
Nama : Pneumo-23 (sanofi Pasteur)
Nama : Prevenar (Pfizer) synoflorix (GSK)
Efek Samping

a.      Sedikit bengkak, merah, dan sakit di tempat suntikan
b.      Demam rendah

c.       Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
d.      Reaksi parah akan terjadi.
Penanganan Efek Samping
a.      Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan yang sakit
b.      Anak jangan berpakaian terlalu hangat
c.       Memberi paracetamol untuk mengurangi demam (perhatikan dosis yang dianjurkan menurut usia anak)
d.      Memberi anak lebih banyak minuman.
3.      Imunisasi Measles, Mumps, Rubella
Kombinasi measle, mumps, dan rubella diperkenalkan pada tahun1968, imunisasi ini untuk mencegah terjadinya penyakit campak (measles), parotis epidemika (mumps), dan rubella (campak jerman).
Pemberian MMR
Pemberian vaksin tidak dianjurkan dilakukan pada usia di bawah satu tahun, dapat dilakukan pada usia 15-18 bulan. kandungan vaksin ini adalah virus campak strain Edmonson yang telah dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Dosis satu kali pemberian 0,5 ml secara subkutan. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain, apabila seorang anak telah mendapat munisasi MMR pada umur 12-18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangin imunisai MMR diberikan pada umur 6 tahun.
Efek Samping
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi MMR adalah rasa tidak nyaman di bekas penyuntikkan vaksin. Demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus/tipis , pilek.
Kontraindikasi
a.      Alergi terhadap antibiotic neomycin
b.      Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi.
4.      Imunisasi influenza
Vaksin influenza telah direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi IDAI sejak April 2006 dan telah dimasukkan dalam kelompok vaksin yang dianjurkan, sesuai jadwal. Vaksin Influenza terdiri dari : vaksin trivalent influenza yang terdiri dari 2 virus influenza subtype A yaitu H3N2 dan H1N1 serta virus influenza tipe B.
Pemberian vaksin Influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi pergantianjenis galur virus yang beredar di masyarakat. Vaksin influenza diberikan pada umur 6-23 bulan, baik anak sehat maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, HIV, dan diabetes).
Dosis dan cara pemberian
Dosis dan cara pemberian bergantung pada umur anak yaitu umur 6-35 bulan : 0,25ml, umur ≥ 3 tahun : 0,5 ml, umur ≤ 8 tahun yaitu untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu pada tahun berikutnya hanya diberikan 1 dosis. Vaksin influenza diberikan secara IM pada anterolateral atau deltoid.
5.      Imunisasi tipoid
Memberikan kekebalan pada tubuh terhadap infeksi kuman penyebab tipoid merupakan tujuan diberikan imunisasi ini.Terdapat 3 jenis vaksin tipoid abdominalis yaitu vaksin dari kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivitof, berna) antigen capsular Vi Polisakarida (Typhim Vi.
Pasteur Meriux). Untuk bayi usia 6-12 bulan diberikan vaksin dari kuman yang telah dimatikan dengan dosis 0,1 ml, untuk usia 1-2 tahun sebanyak 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu, selanjutnya penguat dilakukan 1 tahun.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk kapsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 2 tahun dan diulang 3 tahun. Untuk tipoid oral Ty21a diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikems dalam kapsul diberikan 3 dosis dengan interval selang 1,3, dan 5. Imunisasi ulangan dilakukan 3-5 tahun.  
6.      Imunisasi varicella
Imunisasi dilakukan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap penyakit varisella atau cacar air. Pemberian vaksin varicella dari umur 5 tahun menjadi 1 tahun. Hal ini berdasarkan pada :
1.      Efektifitas vaksin varicella tidak diragukan lagi, namun apabila cakupan imunisasi belum tinggi dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke dewasa.
2.      Dampak varicella pada dewasa lebih berat dari pada anak
3.      Penularan terbanyak di sekolah taman kanak-kanak di sekolah taman bermain.
Jadwal imunisasi diberikan pada anak umur ≥ 1 tahum, untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisella imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak. Dosis pemberian 0,5 ml secara subkutan dan diberikan 1 kali, untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa diberikan 2kali dengan jarak 4-8 minggu.

sumber referensi : mulyani,nina Siti dan Rinawati,Mega.2013.Imunisasi Untuk Anak.Yogyakarta:Nuha Medika

1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.